Open top menu
#htmlcaption1 SEA DICAT POSIDONIUM EX GRAECE URBANITAS SED INTEGER CONVALLIS LOREM IN ODIO POSUERE RHONCUS DONEC Stay Connected

maradona sepakbola nasionalismeLihat Pertandingan Argentina v.s Venezuela pagi ini khan (29/3)? Pastinya donk buat penggila bola, hehehe. 4-0 untuk Argentina. Dahsyat? Gak juga, biasa kalau Argentina lawan Venezuela. Meski kekuatan sepakbola negara-negara amerika selatan (latino) rata-rata berimbang, tapi Argentina dan Brasil tetap superior. Soalnya, sederhana aja, sepakbola adalah budaya, cerita setiap waktu, sandiwara yang ditunggu (nomor dua setelah telenovela, haha. Pokoknya, menyatu (integratif) dengan kegiatan sehari-hari, bahkan dengan kemiskinan yang juga cukup massif di sana. Wohohoho, komentator sepakbola dadakan atau budayawan kesiangan bung? Gak juga deng, lagi semangat aja (ketahuan kalau favoritnya Argentina ya? Biarin ah...).

Jadi gak ada cerita yang penting, neh? Dari segi tekhnis sepakbolanya enggak. Pertandingan itu berlangsung di 'rumah' sendiri, cukup faktor untuk menciptakan kemenangan. Dan semakin tidak 'istimewa' sebab pada klasemen sementara dengan kemenangan itu Argentina masih di bawah Paraguay, dan jika besok Brazil menang, Argentina kembali ke posisi ke tiga. Tak ada yang istimewa. Kecuali satu hal bagi saya. Yaitu menyaksikan tingkah polah si "Tangan Tuhan" di pinggir lapangan. Satu segi non-tekhnis yang patut diperhitungkan. Ya, menyaksikan Diego Armando Maradona. Manusia yang seumur hidupnya mendapatkan secara seimbang antara 'kecintaan' dan 'kebencian' orang lain. Manusia yang dipuja setinggi langit karena prestasinya, sekaligus dimaki-maki karena 'perangainya'. Laki-laki kelahiran Buenos Aires Argentina, 30 October 1960, yang selama 15 tahun karir sepakbolanya (1975-2001) mengundang decak kagum dan sekaligus mengundang kritikan pedas.

Lalu, Apa yang menarik dari orang semacam Maradona ini? Nasionalisme ! Maradona adalah pemain yang dikenal paling 'ngotot' kalau sudah soal membela Argentina. Ia akan meninggalakan Club, alias pekerjaannya (periuk-nasi) untuk membela Argentina. Ia juga akan bertengkar dengan pelatih jika perlu, untuk membela temannya (kasus Canigia). Bahkan jika ia kemudian tidak dibenarkan mengikuti pertandingan lagi, karena terbukti dopping, ia 'haramkan' untuk pulang kampung. Ia akan tetap bertahan untuk memberi support buat teman-temannya dilapangan (Piala Dunia 1994, AS).

Sikap semacam itu, yang membuat Maradona dianggap sebagai salah seorang pemain sepakbola yang paling inspiratif dan sekaligus memberi 'pengaruh' (influence) selama setengah abad ini, bahkan jika dibanding Pele (legenda sepakbola yang lain). Lengkap, kemampuan mengagumkan, jendral lapangan yang dihormati kawan-lawan, kontroversial, keras kepala, dan punya Nasionalisme yang kental. Dalam kehidupan Maradona, orang menemukan sepakbola sebagai 'perang' yang lain, dan wujud nasionalisme. Bahkan, ketika kebangkrutan (moral dan material) akibat ulahnya sendiri, Maradona masih memaksakan dirinya untuk menghadiri setiap pertandingan yang dimainkan kesebelasan negerinya. Dan kini, kesempatan untuk menjadi pelatih bagi tim negerinya, diungkapkannya dalam pernyataan yang jauh ke tulang: "Saya merasa hidup kembali !". Hmm, sekali lagi nasionalisme itu terpancarkan.

So what? hehehe. Berapi-api (semakin ketahuan fanatismenya neh...). Menyaksikan Maradona, bagi saya hanyalah jalan untuk melihat diri saya sendiri. Saya bukan pemain sepakbola, meski saya selalu ingin dari dulu. Tapi kalau Indonesia bertanding, saya pantang ketinggalan untuk menonton. Bukan apa-apa, saat itu saya juga berkesempatan untuk menguji nasionalisme di dada saya (cieehhhh...). Masih berdebarkah jantung saya, ketika ada kemungkinan Indonesia mengalahkan Arab Saudi? Masih kecewakah saya ketika Indonesia dikalahkan Thailand? Lagipula, sepakbola adalah pertunjukan sandiwara yang menarik..., mengetarkan, hehehe.

Lalu apakah pemain sepakbola Indonesia tidak punya "nasionalisme" semacam itu ? Siapa bilang ! Bahkan mungkin sebenarnya nasionalisme itu membara melebihi Maradona. Kalau Maradona, masih bisa mengharapkan reward dari prestasinya, dengan bermain di club elit eropa yang gajinya bisa untuk tujuh keturunan. Maka, pemain sepakbola indonesia lebih militan lagi. Bermain bagus dan sekaligus menunjukkan nasionalisme itu dalam keadaan 'masa depan' yang tidak pasti. Bersimbah peluh di tengah lapangan dengan pikiran was-was, sudahkah anak istrinya makan di rumah? Bahkan jika bermain di club pun, pemain sepakbola Indonesia berhadapan dengan bayang-bayang maut. Masih segar dalam ingatan kita, Jumadi Abdi (kelahiran Balikpapan, 14 Maret 1983), gelandang PKT Bontang yang meninggal dunia 15 Maret 2009 lalu.

Nasionalisme itu telah dikobarkan pemain sepakbola Indonesia sedari dulu. Surya Lesmana, Ramang, Rully Nere, Junaedi Abdillah
sampai Robby Darwis, Surya Lesmana, Ricky Yacob dan Widodo C. Putra. Tapi kemana mereka sekarang? Apa yang mereka lakukan ? Bagaimana mereka hidup ? Tidak banyak yang tahu, tidak juga mungkin Nasional yang mereka isme khan itu. Yah, mungkin itulah perbedaan Nasionalisme pemain sepakbola Indonesia, dengan Nasionalisme nya Maradona. Nasionalisme Maradona memberinya kesempatan banyak untuk menunjukkannya. Sedang Nasionalisme pemain sepakbola Indonesia, akan berakhir untuk bisa ia tunjukkan, pada turnament terakhir yang diikutinya. Setelah itu, Nasionalisme itu 'hidup' dalam hati saja, yang saya yakin sesungguhnya masih terus bergelora. Mungkin di depan TV, menyaksikan pemain sepakbola Indonesia yang 'muda' bertanding. Atau mungkin juga di kamar, sambil menerawang mengingat masa-masa masih bermain dulu. Sendiri, dalam hati, di bawa mati...


Saya adalah seorang nasionalis. Ya Allah, adakah orang yang berpendapat bahwa saya tak cinta kepada tanah air dan bangsa? Bahkan saya mohon kepada Allah subhanahuwata'ala, tetapkanlah kecintaanku kepada tanah air dan bangsa itu menyala-nyala di dalam saya punya dada, sampai terbawa masuk ke liang kubur!
(Soekarno, 1928)


Different Themes
Written by Lovely

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

18 comments:

  1. PertamaXXXxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

    ReplyDelete
  2. sukses juga pertamaXXX......... hihihi...
    saya seorang... Nasionalis, pesepak bola, pesandiwara, dan.. (?????, 2012)

    ReplyDelete
  3. Owh aku jadi ingat istilah gol tangan tuhan hehehe bener gak ya... tapi pemain terbaik dunia tu maradona apa pele ya :)

    ReplyDelete
  4. @sungaikuantan.com: yup...pintar cari waktu buat berkomentar...tau aja aku posting malam-malam. Btw, lama tak singgah, ke Singapur ya? hahaha Dapat teman baru, lupa teman lama..., Tanks
    love you March 29, 2009 11:54 PM
    @Love you: Lupa juga, hehehe. Iya kali ya? gol tangan tuhan, apa gol tangan maradona ya? Beda2 sih, tapi kayaknya maradona deh....hehehe:)

    ReplyDelete
  5. si boncel mmg paling ok :D
    yupzz... nasionalisku pasti muncul kalo nonton bola indonesia vs ......., apalagi kalo tim kita kalah pasti deh ngedumel spanjang hari...grrrr...
    btw, great post :)

    ReplyDelete
  6. saya pecinta sepak bola indo,jangankan indonesia main bos,,isl atau divisi utama aja ga pernah ketinggalan..
    berharap suatu saat persepakbolaan kita maju...
    tapi kayaknya masih jauh dari harapan deh,pssi aja gitu,belom lagi pemain yang pada berantem dilapangan ,malah para pengurus klubnya juga ga mau ketinggalan suka ngamuk dilapangan..belum lagi ulah para suporternya...klo timnya kalah.
    PSSI yang buat aturan aja gak pernah konsisten dan tegas..
    lihat saja para pemain yang dihukum karena menghajar wasit atau pemain lawan adakah yang dihukum?,
    sebagai contoh kasus cristian gonzales yang memukul pemain psms,katanya dihukum gak boleh main setahun nyatanya masih bisa bermain dengan persib,,
    gmana negara kita mau maju kalo induknya aja mencla..mencle kayak gitu..
    saya cuma suka mengurut dada kalo timnas main,karena selalu kalah dan selalu mencari kambing hitam untuk disalahkan atas kekalahan...
    tapi saya heran...saya tetap bersemangat untuk nonton hehe

    ReplyDelete
  7. Maradona memang benar benar seorang legenda
    byme

    ReplyDelete
  8. saya pencinta sepak bola......tapi lebih senang menyaksikan level klub.....entah kenapa ya???

    tapi kayaknya sepakbola no satu deh di negeri latino so dua baru telenovela......hehehehe menurut saya!!!

    ReplyDelete
  9. ternyata nasionalisme diindonesia penuah realita alias berjuang untuk mempertahankan hidup

    ReplyDelete
  10. Bola..dulu sih waktu masih sekolah suka juga ngikutin segala macam pertandingannya.Sekarang enggak ah,capek..Maradona? Tangannya saja yg sakti, kakinya biasa saja..

    ReplyDelete
  11. @Blog Sejarah: Yup, memang nasionalis sepakbola dia! hahah. Tanks...
    @Jerova: Wah, ketahuan jadi ketahuan neh, mana komentator yang asli dan mana yang palsu, hahahaha. Oke mas...Komentarmu top! Iya donk, biar bagaiman pun kita harus support sepakbola kita, sekalian kasi kritik yang membangun.
    @Byme:Yup byme, jangan lupa kita juga punya banyak di Indonesia...
    @JHONI:Hahaha, sengaja saya bilang nomor dua kok, biar ada yang marah...hahaha. terimakasih ya.
    @omiyan:O, iya, Negeri Pejuang khan ini.
    @ajeng:Ya udah, baca postingan saya aja mbak, gak usah nonton lagi...
    @Omiyan: Alhamdulillah juga, dan TQ

    ReplyDelete
  12. postingan analisa sepak bola dengan berbagai spektrumnya selalu menarik minat wakguru. Kalau urusan nasionalisme sih memang tak terbantah. Cuma masalahnya bagaimana rasa nasionalisme itu dikemas dalam "budaya" bermain cantik di lapangan. Sepakbola indonesia bagai cermin yg memantulkan betapa masih amburadulnya budaya kerja sama, toleransi, rasa percaya diri, rasa sok berjasa (karena udah mengoper bola manis ke teman, tapi sang teman gagal menjebol gawang musuh). Ah pokonya panjang banget...

    Terus menulis. Terus berkarya, sobat!

    ReplyDelete
  13. dha aku mengamini sejarah tuturnya ajah, kalo sepak bolanya milih di cipok aura kasih deh! ketimbang mengiyakan sok paham sepak bola xixixiixixi

    ReplyDelete
  14. saya bukan pecinta sepakbola, tapi cukup kenal dg Maradona si tangan emas. gitu kan julukannya ya?

    ReplyDelete
  15. @Pak guru: Justru itu pak guru, kita para blogger mungkin bisa ikut berperan serta untuk mewacanakan nasionalisme yang dikemas dalam kekinian itu. Terutama buat penonton lah..hehehe
    Sama-sama pak guru. Pak guru juga harus terus menulis. Terus berkarya!
    @Senoaji: Amin juga, hahaha. Wah itu saya juga mau tuh. xixixiixixi
    @Sang Cerpenis bercerita: Hmm, mudah-mudahan postinganku bikin mbak mencintai sepakbola,hahaha.

    ReplyDelete
  16. Ahh saya selalu terharu setiap membaca mengenai Nasionalisme. Tetapi kenapa kalau menulis tentang Nasionalisme di Indonesia cenderung mengarah ke Komedi Satir ya? hehhehe

    ReplyDelete

PIKIRAN SAHABAT SEMUA MUNGKIN AKAN SANGAT MEMBANTU SAYA
JADI JIKA BERKENAN, SUDILAH KIRANYA MENINGGALKAN KOMENTAR, DI KOTAK INI: