Open top menu
#htmlcaption1 SEA DICAT POSIDONIUM EX GRAECE URBANITAS SED INTEGER CONVALLIS LOREM IN ODIO POSUERE RHONCUS DONEC Stay Connected

sandiwara kampanye damai
Paradoks (bertolak-belakang) ! Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan adegan pembuka dari sebuah 'sandiwara' yang dipentaskan pagi ini di Indonesia (Senin, 16/3-09). Tepat ketika KPU mendeklarasikan "Kampanye Damai Indonesia", pada saat itu pula, ada yang nyaris baku hantam di ruangan tersebut. Dan perkaranya ?
Sederhana, anak-anak lagi berebut “menandatangani”, dan bu guru KPU sedang tidak punya banyak meja, agar anak-anak bisa serempak menandatanganinya.

Sandiwara, yang berlansung di atas panggung Hall D2 kompleks Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran itu, harus diakhiri dengan keikutsertaan aparat keamanan (Sat-gas KPU), yang juga sempat kewalahan. Maklumlah, yang dihadapi juga para calon wakil rakyat? Dan polisi? Seperti dalam film holiwood, datang setelah superman mengamankan suasana. Sebab jika tidak begitu, dramatika (ketegangan)-nya bisa berkurang, dan jadi kurang asik ditonton.

Pementasan Sandiwara ini, disiarkan banyak stasiun TV, dan rakyat yang menonton kembali dapat hiburan. Jarang-jarang memang ada adegan Sandiwara yang kolosal semacam ini. Apalagi ada nyanyian yang tumpang tindih juga di atas panggung (semacam paduan suara-lah), jadi adegannya semakin lengkap, semacam sandiwara musikal.

Sandiwara ini, sebanarnya ditujukan untuk menandatangi sebuah naskah, yang salah satu dialognya, berbunyi:

“34 partai politik kontestan Pemilu 2009 secara bersama berjanji: akan melakukan kampanye damai, tertib, aman dan lancar; dan akan melakukan kampanye secara penuh edukatif dan bertanggungjawab demi kepentingan bangsa dan negara..”


Kayaknya, tekhnik munculnya kurang pas dengan dialog tersebut, terutama dengan kata ‘edukatif’. Atau mungkin kita mulai harus mengkaji ulang makna banyak-kata, termasuk kata ‘edukatif’ itu. Tapi kepada siapa keluhan penonton ini akan di alamatkan? Tokh para pemain (aktor) utamanya sendiri yang sudah memperagakan adegan awal yang kurang baik itu.

Sutradara (KPU) sebenarnya perlu belajar lagi tentang mementaskan sandiwara. Jika para pemain belum siap mental, atau bahkan belum hapal dialognya masing-masing, sebaiknya jangan dipentaskan dulu. Sebab jika sudah dipentaskan, sudah "bergelanggang mata orang banyak", sudah susah memeprbaiki citra tontonan, seperti yang terjadi pada adegan awal ini.

Sekarang, mungkin sutrdara (KPU) sendiri yang juga harus banyak latihan (meski waktunya tak akan cukup lagi), atau minimal siap mental, untuk menghadapi banyak kemungkinan dalam pementasan Sandiwara ini nantinya. Sebab jika ‘tekhnik munculnya saja sudah riuh-ramai, bukan tidak mungkin pentas nya akan bergemuruh. Dalam sandiwara ada namanya nada dasar, yaitu nada awal yang diambil untuk memulai ‘pementasan’. Sebaiknya jangan terlalu tinggi, nanti pada ‘puncaknya’ (klimaks) bisa kehabisan nafas.

Bagi para penonton (rakyat-banyak), mungkin perlu diberi catatan juga, bahwa “adegan ini jangan dicontoh dalam kehidupan sehari-hari”. Sebab mengamati adegan pembuka di atas, sekarang adalah peranan kita semua, untuk menjadi tokoh ‘penengah’. Apa boleh buat, meski tidak diikutkan dalam latihan, tampaknya pementasan Sandiwara ini memerlukan ‘tokoh tambahan’. Agar pementasan tidak berakhir dengan antiklimaks, harus ada yang membawa ‘jalan-keluar’ (resolusi) dan penyelesaian (kongklusi).

Jangan khawatir tidak bisa berperan dengan baik, sebab pada dasarnya improvisasi adalah hal biasa dalam pentas-pentas sandiwara kita. Dan sebagai figuran dari sandiwara ini, kita harus percaya pula, bahwa kedamaian itu laten dalam pribadi kita semua. Mudah-mudahan, “kampanye-damai” dan “pemilu-damai” benar-benar bisa kita pentaskan bersama. Semoga...

Sumber Gambar: www.jurnalperu.com
Different Themes
Written by Lovely

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

7 comments:

  1. PertamaXXXxxxxxxxxxxxxxxx..........

    ReplyDelete
  2. dunis perpolitikan adalah Panggung sandiwara terbesar Bro.....
    rakyat jelata yg jadi penontonnya,,,, dan secara tak langsung jadi pemeran "numpang liwat"..
    wakakaka......

    ReplyDelete
  3. klu pengen jadi Blogger Gaul di Blog aq...
    harus sering2 koment bro.... siip..!!
    hihihi... PIS

    ReplyDelete
  4. mampir nich artikelnya oke juga..

    ReplyDelete
  5. ngejreng dong biar keliatan hahaha. aduh kalo mau ninggalin pesen di blog dimana ya ? pita jadi nulis disini deh hehe thx yaa udah follow :)

    ReplyDelete
  6. setuju.. emang banyak sandiwara tuh..
    nice post..
    follow you, follow me back ya :)

    ReplyDelete
  7. PESTA RAKYAT CUMA BEBERAPA BULAN, PESTA WAKIL RAKYAT 5 TAHUN,,,,,WELEH,,,,WELEH,,,,,KEREN YA BOSS,,,,,

    ReplyDelete

PIKIRAN SAHABAT SEMUA MUNGKIN AKAN SANGAT MEMBANTU SAYA
JADI JIKA BERKENAN, SUDILAH KIRANYA MENINGGALKAN KOMENTAR, DI KOTAK INI: