Open top menu
#htmlcaption1 SEA DICAT POSIDONIUM EX GRAECE URBANITAS SED INTEGER CONVALLIS LOREM IN ODIO POSUERE RHONCUS DONEC Stay Connected
Rindu Blogging, Nge-blog di Sandiwara Kita

Apa khabar sahabat Sandiwara Kita? Sekian lama menghilang, saya bertanya-tanya, masihkah kita punya kesempatan bermain sandiwara bersama lagi? Sungguh, saya berharap masih dan sepertinya dunia tidak rame tanpa panggung dan sandiwara nya. Atau mungkin karena sebagian orang sepakat bahwa kehidupan ini juga adalah sandiwara juga... Atau saya yang terlalu menganggap semuanya adalah sandiwara belaka??? Seperti kata para sahabat saya, apa pun di blog ini berbau sandiwara, (sandiwara politik, misalnya) hehehe.

Wah mantap postingannya, Negara Indonesia hanya sandiwara, hidup hanya sandiwara, politik hanya sandiwara, ngeblog hanya sandiwara ...... Kira2 semua bisa disandiwarakan ???? (Artikel Komputer, April 6, 2010)

Hampir satu setengah tahun, blog ini tidak pernah diupdate. Apa boleh buat, sang Dipa Sandiwara, yang berada di belakang atau di ’balik layar’ blog ini ternyata harus menyelesaikan ’urusan’ kehidupannya di dunia nyata. Yah, apa boleh buat, menjalani dua kehidupan sekaligus memang tidak gampang. Dua? Ya, kehidupan nyata dan kehidupan maya di Internet. Hehehe....
Tapi ternyata juga tidak mudah untuk meninggalkan begitu saja, kehidupan maya itu. Blog ini telah memberi kebahagian tersendiri bagi saya, dan kiranya para sahabat, yang dulu telah berjalin silaturrahim adalah keluarga saya yang tidak mudah saya lupakan. Mudah-mudahan, kerinduan saya, berjawab hangat dan baik.

Memulai kembali aktivitas di blog ini, saya hendak berterimakasih pada beberapa sahabat, yang meskipun di tempat ini tidak ada tanda-tanda kehidupan, namun mereka ternyata masih bersabar dan bermurah hati sesekali berkunjung ke mari. Di antaranya: si kumb@ng, Ajeng, Blog Sejarah, Kakara dan Rusak Parah, yang namanya terpampang di List Komentator terbanyak. Terimakasih ya...

Ada juga sahabat lama: Obing (artofstamps.blogspot.com), Yasmara (yasmara.web.id), Mel (onceuponasimplelife.blogspot.com), dan Jeriova (jeriova.com), yang tetap meninggalkan pesan di shoutbox. Maaf tidak membalas kunjungan waktu itu ya....

Hmmm. Baiklah...Welcome Back Dipa Sandiwara (wedew, ngomong sendiri neh...)..Mudah-mudahan Sandiwara Kita sekarang bisa berjalan seperti dulu lagi. Punya banyak teman, tamu dan prestasi (maksudnya pagerank dan alexa yang oke ???). Mengawali itu semua, saya ucapkan: Selamat Datang di panggung Sandiwara Kita !!! Mari berbagi cerita dan berita di sini....
Read more
Membaca Sandiwara Politik dan Ideologi






Sandiwara Politik, barangkali adalah salah satu istilah yang paling sering digunakan untuk menunjukkan betapa politik, adalah dunia yang paling 'berpura-pura' atau bahkan tidak konsisten. Istilah sandiwara politik pula yang turut membangun 'citra' konotatif terhadap kata sandiwara. Kurang-lebih, jika seseorang berkata pada sahabat: "Akh, kamu bersandiwara...", maka yang ia maksudkan bukanlah bahwa sahabat adalah seorang pemain sandiwara, tapi justru ia maksudkan bahwa sahabat sedang berpura-pura. Bukankah demikian ?

Meski tidak suka, saya sendiri terkadang memang tidak bisa mengelak untuk menyetujui pendapat bahwa politik adalah panggung sandiwara terbesar. Tidak saja karena jumlah pemainnya yang banyak, tapi juga karena penontonnya tidak sedikit. Untuk politik Indonesia, misalnya, baru-baru ini telah dimainkan satu pertunjukan sandiwara besar bernama Pemilu 2009. Tidak tanggung-tanggung, pentas sandiwara itu, melibatkan 11.301 orang pemain sandiwara (Caleg), dan 171.068.667 orang penonton aktif (Pemilih Tetap), dari total 250 juta penonton.

Lalu apakah yang menjadi alur dalam sandiwara politik yang satu ini, dan akhirnya menentukan karakter-karakter dalam sandiwara besar politik tersebut? Seharusnya: Ideologi. Seperti sahabat semua tahu, ideologi adalah cita-cita yang sistematis. Ideologi adalah platform perjuangan, bahkan ideologi adalah tujuan bernegara. Oleh sebab itu pulalah, seringkali agama yang dianut seseorang, langsung menjadi ideologi nya. Sebab, cita-cita kehidupannya, yang dituntun oleh ajaran agama yang dianutnya, kemudian diterapkan pula pada setiap ranah kehidupannya, tak terkecuali politik.

Tapi ideologi, terkadang juga ditentukan oleh cara bermata pencarian. Jika begitu, rakyat Indonesia, mungin seharusnya berideologi Pertanian dan Kelautan. Tapi anehnya, Ideologi Pabrik dan Industri, terdengar lebih santer. Kelautan apalagi, adalah hal yang paling jarang kita dengar dibicarakan dengan serius. Dan jangan tanya, apakah ada partai politik Indonesia yang menjadikan sektor kelautan sebagai komoditi politiknya? Jawabannya, ringkas. Tak Ada. Sebab hampir semua partai politik menganut Ideologi yang “apapun tersedia” alias warung serba ada. Alasannya, ini negara majemuk dan besar, terlalu banyak lini yang harus diperhatikan !

Jika begitu, apakah ideologi partai politik Indonesia, yang jumlahnya mencapai 44 buah pada pemilu 2009 itu ? Dialog yang paling sering kita dengar, adalah: Ideologi Pancasila. Tapi bagaimana Pancasila diterapkan dalam politik ? Bukankah kemudian Pancasila lebih terlihat sebagai retorika belaka ? Yang memperlihatkan kemajemukkan pilihan. Mana yang lebih utama dari ke lima silanya itu? Yang mana yang prioritas ? Lagi-lagi, jawaban klasik akan kita dengar, bahwa: Pancasila adalah sebuah keutuhan, dan ke lima silanya adalah satu. Jadi tidak ada yang prioritas.

Lalu pertanyaan baru, akan muncul. Jika semua partai berideologi Pancasila. Kenapa mereka tidak jadi partai tunggal saja ? Aneh, jika ideologi yang sama harus di ekpresikan dan diperjuangkan dengan 44 cara. Namun tidak ada yang aneh di Indonesia. Pemilu 2009, telah membuktian kehebatan bangsa Indonesia, yang bisa mengekpresikan satu Ideologi, dengan 44 cara. Lagi pula, sebuah pesta memang harus rame dan meriah. Dan akan terlihat janggal jika bangsa yang besar dan kaya ini, tidak menghabiskan 50 triliun rupiah, untuk sebuah pesta. Untuk sebuah pentas sandiwara.
Tepuk tangan yang meriah. Hip-hip Hura...!
Read more
UAN dan ‘Anak Band’: Sebuah Cerita Tak Penting

Dua orang remaja tinggal berdekatan rumah. Remaja 1 punya hobby nge-band. Ia bangga sekali jika disebut ‘anak band’. Sayangnya, hingga kini ia belum bisa mendirikan sebuah band seperti yang ia cita-citakan. Bahkan uang tabungan yang ia rencanakan untuk membeli gitar pun sekarang sudah tak ada lagi, karena dipinjam sang Ayah untuk membuat baligo kampanye. Ayahnya berjanji, nanti jika sang Ayah terpilih menjadi caleg di kota mereka, ia akan dibelikan peralatan band lengkap, sehingga ia bisa mendirikan band sendiri.

Remaja 2 sebenarnya juga punya keinginan untuk jadi ‘anak band’, namun karena ia tahu bahwa keadaan keluarganya tidak akan mendukungnya untuk tujuan itu, ia hanya menyimpan cita-cita itu dalam hati, dan tak seorang pun tahu. Maklum, keluarganya jatuh miskin setelah sang ayah digelandang ke rutan, karena kasus korupsi. Dan ia sadar, bahwa kini ia harus berdiri di atas usahanya sendiri, dan menyelesaikan pendidikan dengan baik, adalah kesempatan yang tersedia untuk itu.

Alkisah, sambil menunggu pengumuman kursi legislatif,apalagi karena proses tabulasi hasil pemilu berjalan lambat, Remaja 1 dibelikan tape-compo oleh sang Ayah. Lumayanlah, ia bisa berkaraoke dan berlatih vokal menghapal lagu-lagu band kesayangannya. Maka, mulailah sang Remaja satu setiap malam berlatih. Saking semangatnya, suara tape-compo itu terdengan ke seantero RT. Namun karena bapaknya seorang caleg, tidak seorang pun mempersoalkan hal tersebut. Bahkan juga tidak, sang ketua RT.

Sementara Remaja dua, juga tengah bergiat belajar, untuk menghadapi UAN yang sebentar lagi akan digelar. Ia tahu, bahwa sistem UAN yang baru, bisa-bisa membuatnya gagal dan tidak lulus. Menguasai semua mata pelajaran saja pun, masih belum jaminan bahwa ia akan berhasil, sebab masih tergantung pilihan pensil yang digunakan, dan banyak faktor lain. Apalagi jika tidak menguasai mata pelajarannya ? Menyadari hal tersebut, ia belajar dengan giat.

Namun, ia cukup terganggu dengan suara tape-compo dari sebelah rumah yang keras sekali. Seperti kebanyakan orang, ia butuh suasana tenang, untuk membaca dan memahami bacaannya. Suara tape compo yang keras tersebut, cukup mengganggu konsentrasinya. Apalagi karena sang pemilik tape, ternyata juga senang begadang, hingga suara tape tersebut juga terdengar hingga subuh. Al hasil, menunggu hingga subuh pun, bukan merupakan penyelesaian.

Beberapa hari, ia masih berharap ada seseorang yang akan mendahului untuk mempersoalkan hal itu. Jadi ia berharap masalahnya akan ikut teratasi oleh usaha orang lain. Namun ternyata tidak seorang pun melakukan hal itu, seperti yang ia harapkan. Padahal, jadwal UAN semakin dekat. Ia berfikir keras untuk dapat menyelesaikan masalahnya itu. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk menyelesaikannya sendiri.

Lalu ia pun mendatangi rumah Remaja 1. Setelah meminta izin pada orang tua Remaja 1, Remaja 2 pun mendatangi kamar remaja satu. Karena suara ketokan pintunya tidak berpengaruh, Remaja 2 pun membuka pinti kamar, dan melonggokkan kepalanya. Dilihatnya, remaja 1 sedang berjingkrak-jingkrak sambil memegang microphon, menyanyikan lagi. Remaja 1 melihat Remaja 2, dan mematikan tape-componya:

Remaja 1: Hoi, ada apa neh, tumben. Bukannya lagi belajar buat UAN ?
Remaja 2: Iya, tapi ada perlu sama kamu...
Remaja 1: Apaan ?
Remaja 2: Mau pinjam Tape-Compo mu beberapa hari!
Remaja 1: Lho, bukannya mau belajar ? UAN udah dekat lho? Hahaha.
Remaja 2: Justru itu, aku pinjam sampai UAN selesai ya ?
Remaja 1: ???????


sumber gambar: www.fotosearch.com
Read more
Berperan dalam Sandiwara berjudul "Pemilu"

Sebentar lagi, Indonesia lima tahun ke depan akan ditentukan, lewat sandiwara bernama "pemilu". Terserahlah, meski sebagian orang berfikir acara itu gak signifikan. Gak merubah apapun selain, daftar nama tertentu. Terus terang saya pribadi termasuk yang berfikir seperti itu. Hahaha.

Tapi bagaimanapun, pemilu adalah 'simbol' dari penentuan Indonesia lima tahun ke depan itu. Mungkin ya, tinggal sebatas simbol saja...Tapi masyarakat kita masih hidup dengan simbol-simbol yang kental. Tak soal, karena itu mungkin budaya kita,apalagi di pentas sandiwara politik, simbol-simbol seringkali lebih produktif, hehehe.

Bagi yang sudah memutuskan pilihannya, saya ucapkan Selamat. Postingan ini mungkin lebih ditujukan buat para sahabat yang berada pada posisi berbeda. Tentu, pilihan untuk tidak memilih, adalah sebuah pilihan juga. Hanya saja, mungkin bisa dipertimbangkan untuk tetap "berperan" pada sandiwara berjudul pemilu ini. Jika pun kita tidak terlalu menyukai peranan ini, untuk tetap menemukan ke 'ada' an kita (maksudnya bahwa kita "ada') di antara masyarakat, kenapa tidak untuk sekedar 'berperan".

Tokh, manusia tidak pernah lepas dari dua dunia itu, "pentas" sandiwara, di mana ia hidup bermasyarakat, dan "belakang-pentas" sandiwara, di mana ia hidup sebagai dirinya sendiri. Di "pentas", setiap manusia akan berperan, ia bertindak berdasarkan alur, tema, dan latar yang disediakan kehidupan bermasyarakatnya, berupa norma dan nilai mungkin. Tapi di "belakang-pentas", ia boleh hidup dengan caranya sendiri. Satu-satunya penonton, mungkin istri atau suami dan jika harus dihitung, dua dengan Tuhan.

Nah, pemilu mungkin bisa menghadirkan keduanya di satu waktu. Di hadapan semua mata yang hadir di TPU, kita adalah 'pemeran' sandiwara di atas pentas, tapi dalam "bilik-suara", kita bisa menjadi diri sendiri, atau berperan pada wilayah "belakang-pentas".Yah, meski hanya untuk sekedar datang, menghitamkan satu jari (hahaha, ini lebih lucu lagi), masuk ke sebuah kamar bernama "bilik suara", dan memberikan suara yang "tidak perlu". Mungkin dengan cara ini, "ketidak-percayaan" itu lebih aktual dan "ekpresif".

Jika menggunakan hak pilih adalah hak, tidak menggunakannya adalah hak juga tentunya. Dan menggunakannya dengan cara kita, tentu juga "hak".Begitupun, untuk tetap di rumah saja, dan mengekspresikan "ketidak-percayaan" itu secara ektrim adalah hak juga. Postingan ini, hanya sebuah tawaran...

sumber gambar: www.clipartguide.com
Read more
PageRank (PR) 2 untuk Sandiwara Kita; Apa Gak Salah ?


PageRank Update!!!

Jika sahabat udah lama tidak berkunjung (kemana aja? hahaha), mungkin akan mendapati dua perbedaan dengan blog Sandiwara Kita ini sekarang. Pertama, blog ini menggunakan template baru. Saya lakukan itu, karena beberapa sahabat mengeluhkan 'berat'nya blog ini, sebelumnya. Sehingga butuh cukup lama waktu untuk menunggunya loading. Saya lalu mencoba mencari tahu tentang kemungkinan penyebabnya. Dengan mendatangi blog tutorial beberapa blogger kawakan, saya memperoleh beberapa kemungkinan penyebab. Salah duanya, adalah template dengan kapasitas yang terlalu besar, dan kesalahan HTML (invalid HTML) yang terlalu banyak. Dari dua hal itu, kemungkinan terbesar yang bisa saya lakukan adalah mengganti template, sebab memperbaiki kesalahan HTML, hehehehe, kayaknya belum gawe pemula kayak saya...

Kedua, dan adalah cerita yang paling penting pada postingan ini, di blog Sandiwara Kita ini sekarang ada widget kecil dari PR checker. So What? Eiiiit, lihat donk, ada angka 2 menghiasinya (sombong gak ya?) Walah...senangnya. Bukan-apa-apa, meski gak terlalu tahu apa gunanya, saya terlanjur terobsesi untuk punya PageRank, hahaha. Mungkin supaya keren aja kali ya, atau mungkin saya korban mitos juga (kemunginan yang ini kayaknya lebih besar, hahaha). Biarin dech. Dan dalam benak saya, sejak membangun blog ini, sudah ada target, dalam dua bulan, saya harus punya PR 1.

Saya bekerja keras untuk itu (halahhh, apa maksudnya?). Hingga suatu pagi (4/4/09), seorang sahabat memberi khabar lewat shoutbox (seperti terlihat pada gambar). Awalnya, saya gak terlalu ngerti apa maksudnya, tapi ya tetap berkunjung ke blognya sahabat Yasmara, sekedar kunjungan ulang. Tapi tertarik juga membaca postingannya. Dari situ saya tahu, apa maksud pesan di shoutbox tadi...Ternyata, Google melakukan PageRank update...katanya. Ya, gak pikir panjang donk (meski juga gak terlalu ngerti apa maksudnya, hahaha), saya langsung ke TKP aja. Test, Bismillah.....Eh, hasilnya justru yang bikin saya kaget. PR 2 ? Ah, gak mungkin, mata saya pasti kurang istirahat neh...., pikir saya. Penasaran, lalu saya ikuti sarannya Yasmara di postingannya, dengan mencoba fasilitas lain. Eh, hasilnya sama...hehehe. Ya udah lah, mau gimana lagi, memang udah nasib kali...hehehe.Makasih buat sahabat Yamara.


Nah, kalau blog "kemarin sore" ini aja punya PageRank 2, apa sahabat yang lain gak penasaran mau tahu juga PR blognya masing-masing? Kayaknya iya deh...., ya khan? Ya udah, segera aja dicek ya..., terserah untuk tujuan apa, paling gak menjawab rasa penasaran deck, biar nanti malam bisa tidur nyenyak , dan yang paling penting, nambahin semangat buat bloggingnya...Hehehe. Oya, ini ada beberapa alamat buat ngecek:
http://www.prchecker.info/

http://www.digpagerank.com/

http://www.googlepagerankchecker.com/
Atau tanya Om Google aja, bakalan dikasih buaaaanyak deh tu...
Ayo di cek. Kok malah bengong baca tulisan ngaco ini ?
SELAMAT ber-PR ria yaaa..., keep blogging, daaaa.................(yang baca makin jauh.....)

sumber gambar:
Read more
Ketika Sang Gunung Marapi Memperingati Kita!

Badai belum berlalu, bencana silih berganti !

Senin (30/3/2009), pukul 8.00 WIB, galodo (air-bah) melanda delapan kecamatan di kaki Gunung Marapi Sumatera Barat, yakni lima kecamatan di Kabupaten Tanah Datar dan tiga di Kabupaten Agam. Hujan lebat yang terjadi sejak pukul 01.00 WIB. malam menyebabkan debet air, di sungai-sungai yang mengaliri lereng Gunung Marapi, meningkat hebat. Galodo lalu membawa batu-batu besar dan lumpur yang meluap ke perumahan penduduk dan areal pertanian. Kejadian serupa pernah terjadi di Tahun 1979.

Desa terparah adalahPasie Laweh yang terletak di tenggara Gunung Marapi. Galodo terjadi sebanyak tiga kali, pertama pukul 06.00 WIB, lalu pukul 06.30 WIB dan, terakhir dan terbesar pukul 08.00 WIB. Tiga kali galodo ini menghayutkan aneka material, ternak dan merobohkan perumahan masyarakat. Korban tewas satu orang, Yaniwar (70), warga Koto Panjang, Kecamatan Sungai Tarab, dan telah dimakamkan Senin (30/3), Sementara, dari tiga warga yang luka-luka masih dirawat pada RSUD Batusangka. Sejauh ini, 6 kedai dan 2 los di pasar Nagari Pasie Laweh, satu mushalla, 2 rumah, dan 1 TK, tidak bisa digunakan lagi.

Kondisi terakhir:
778 orang pengungsiditempatkan pada tiga lokasi, yaitu Kandang Malabuang, Tanjuang Lado Ateh Bukik dan Ikua Koto. Sementara, satu titik pengungsian di Pasie Laweh telah ditutup, karena para pengungsi ditampung di rumah keluarga masing-masing. Sebanyak 2.500 pelanggan PLN tidak mendapatkan aliran listrik, akibat robohnya 12 tiang menengah dan 20 tiang kecil PLN. Tim SAR Bencana Galodo Tanah Data memprediksi, ada tiga titik telaga di pinggang Gunung Marapi yang mesti diwaspadai. Guna memastikan kondisi ketiga telaga tersebut, hari ini (2/4) Tim SAR bersama Pemkab Tanah Data, TNI dan Polri berencana mendaki Gunung Marapi untuk melakukan pemantauan.
Read more