Open top menu
#htmlcaption1 SEA DICAT POSIDONIUM EX GRAECE URBANITAS SED INTEGER CONVALLIS LOREM IN ODIO POSUERE RHONCUS DONEC Stay Connected

sandiwara,bangsawan, penang 1890

Silsilah kekeluargaan Sandiwara

Ternyata Sandiwara masih berdarah Bangsawan. Gak Percaya? Ya, kali ini, Sandiwara Kita mau bercerita tentang silsilah keluarga sandiwara. Soalnya dah lama juga gak ngomongin Sandiwara neh, hehehe. Ya, mudah-mudahan sahabat semua tidak keberatan dengan tema ini. Hmm, ya hitung-hitung memperkenalkan diri. Oya, foto di sebelah ini adalah foto "Bangsawan" yang merupakan salah satu nenek-moyang Sandiwara. Kalau ceritanya, seperti di bawah ini. Oke, langsung aja ya...

Cerita dimulai dengan kedatangan sebuah rombonganpertunjukan dari India di Penang di sekitar tahun 1870-an. Masyarakat setempat menyebutnya "Wayang Parsi". Nama kelompok teater ini aslinya adalah "Mendu". Setelah bertahun-tahun di Penang, rombongan ini lalu kembali ke India dan Menjual segala perlengkapan pertunjukannya pada seorang bernama Mohammad Pushi. Muhammad Pushi inilah yang kemudian mendirikan sebuah kelompok bernama "Indera Bangsawan" di sekitar 1885-an. Cik Tot adalah nama pemain perempuan yang jadi primadona dalam pertunjukan-pertunjukan "Indera Bangsawan" ini. Kelompok ini, tidak saja membuat pertunjukan di Penang, tapi bahkan sampai ke Sumatera dan Batavia. Sebutan Indera Bangsawan itu semudian menjadi lebih populer disebut sebagai "Bangsawan" saja.

Di Batavia, kelompok ini kemudian menjual semua peralatan pertunjukannya pada seorang saudagar Turki bernama Jafar. Jafar inilah yang mendirikan rombongan baru yang disebut oleh pnduduk Batavia sebagai "Stamboel", dari perkataan Istamboel, yaitunya ibukota negara Turki. Disebut seperti itu, karena cerita-cerita yang mereka mainkan banyak diambil dari cerita Timur-Tengah. Kelompok ini, kemudian menjadi kelompok yang cukup populer dan punya penonton sendiri di pulau Jawa. Setelah kelompok ini bubar, sebuah kelompok yang juga bernama "Stamboel" didirikan di Surabaya pada tahun 1891. Kelompok ini, kemudian menjadi pendorong terciptanya kelompok-kelompok serupa, yang salah satunya bernama "Komedi Opera Stamboel", yang lebih dikenal oleh masyarakat Jawa, sebagai "Komedi Stamboel". Pada saat yang hampir bersamaan, terdapat sebuah kelompok Bangsawan kedua dari Johor Malaya, bernama "Abdoel Muluk", yang membuat pertunjukan di tanah Deli sampai ke pulau Jawa.

Pada saat yang hampir bersamaan, di Indonesia sendiri, "Toneel" yang dibawa oleh Kolonial Belanda mulai berkembang dan memberi pengaruh terhadap masyarakat pribumi. Terutama sekali, kaum bangsawan yang memiliki kesempatan bersekolah di sekolah Belanda pada waktu itu. Pertunjukan-pertunjukan "Komedie Stamboel" yang berkembang menjadi banyak grup, mulai mendapatkan kritik karena dianggap semakin "tidak beraturan", dan hanya mengejar keuntungan semata-mata. Dari segi -cerita, pertunjukan "Komedi Stamboel" yang berkembang kemudian juga mulai menimbulkan kejenuhan penonton karena melulu menceritakan cerita-cerita timur-tengah. Usaha untuk mengarang cerita sendiri kemudian mulai diprakarsai oleh beberapa orang terpelajar keturunan China di pulau Jawa, yang menceritakan keadaan keturunan China di Indonesia.

Kedua hal ini menimbulkan pula kesadaran di kalangan kaum terpelajar pribumi di pulau Jawa, yang rata-rata adalah kaum ninggrat. Semacam kesadaran nasionalisme awal.Salah satunya adalah Mangkunegara VII, yang menciptakan istilah "Sandiwara", sebagai pengganti kata "toneel". Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh Ki hajar Dewantara (seorang ninggrat yang lain) dalam gerakan Taman Siswanya. Dia pula, yang mempopulerkan arti kata sandiwara, yaitu sebagai sebuah "pengajaran rahasia". Sandiwara, menurut cerita Ki Hajar berasal dari bahasa Jawa: sandhi yang berarti perlambang, dan wara yang berarti pengajaran. Dalam Sandiwara, pengaruh-pengaruh tertib panggung yang diperkenalkan "Toneel", pengaruh pertunjukan populer ala "Komedi Stamboel", berpadu dengan pakem-pakem pertunjukan "Wayang Wong", yang telah duluan tumbuh sebagai tradisi kaum ninggrat-pribumi.

Istilah sandiwara, kemudian mulai biasa digunakan untuk membedakan pertunjukan yang menggunakan cerita pribumi, sebagai lawan kata "toneel" yang berkonotasi kolonial dan "Stamboel" yang menceritakan cerita timur-tengah. Salah satu kelompok yang mulai menggunakan kata ini sebagai nama kelompoknya adalah "Sandiwara Wargo", yang berpentas dengan menggunakan bahasa Jawa. Sandiwara, semakin populer di Jaman Jepang, ketika kesempatan untuk berkesenian, apalagi untuk tujuan mengajari orang banyak dipersempit. Sandiwara, menjadi cara untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan, melalui cerita yang hanya dimengerti oleh kaum pribumi saja, sementara sang penjajah Jepang tidak. Kelompok "Sandiwara Maya", yang didirikan tahun 1944 oleh Usmar Ismail dan kawan-kawan, semakin mempopulerkan penggunaan istilah "sandiwara".

Demikianlah cerita awalnya, Sandiwara menjadi nama yang sangat meng-Indonesia. Ia, meninggalkan nama keluarga "toneel", maupun nama keluarga "Stamboel" dan "Bangsawan". Adapun saudara-saudaranya segaris keturunan masih hidup di beberapa daerah. Sekedar menyebutkan, pertunjukan "Mendu", masih hidup di beberapa wilayah kepulauan Riau, di antaranya di Natuna. Pertunjukan "Bangsawan", hidup di beberapa daerah di Deli Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Barat, dan Malaysia. Sementara pertunjukan "Abdoel Muluk", berkembang di Jambi, Palembang dan Bengkulu.

Nah, sekarang percaya khan bahwa Sandiwara masih berdarah Bangsawan, meski sedikit?

Catatan Gambar. Foto pertunjukan "Indera Bangsawan, tahun 1890-an, sumber.www.kitlv.pictuta-dp.nl
Different Themes
Written by Lovely

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

14 comments:

  1. pertamaxx!!!

    heheh..percaya dehhh :D

    ReplyDelete
  2. waah namaku dibawa2.. aq bangsawan jg gk yach.. ;)

    ReplyDelete
  3. sadiwara sahabat masuk kategori yang mana?
    saatra
    drama
    klasik
    kayaknya sandiwara asik aja deh..

    ReplyDelete
  4. gimana sih perasaannya jadi keturunan bangsawan??? :-)

    ReplyDelete
  5. @Linda Belle:Pertamina! Nah, kamu oarang pertama yang kena tipu, hahaha. Makasih ya buk linda...Sering-sering berkunjung.
    @Maya O.Z.K:Aduh iya, maaf lupa minta izin dulu, hehe. Kayaknya masih...;)
    @si kumb@ng: Yoi bro, yang ini sandiwara asik, sandiwara Kita..hehehe
    @Pena:No koment...Hahaha, kayak wartawan pertanyaannya bro..

    ReplyDelete
  6. oh gto ya..sejarahnya.
    knapa namaku ga kebawa ya ? hi2
    keep smiling frenz :)

    ReplyDelete
  7. busyyeeeet ternyata keturunan darah biru nih sobat.....tapi kok bisa tahu sampai sejauh itu ya???.....penelitian dulu nih baginda!?!?!

    ReplyDelete
  8. Waduh... ternyata sejarah munculnya nama sandiwara itu berliku-liku juga ya? heheh. Tapi secara entimologi (halah SOK nih.) Sandiwara itu bahasa Indo asli bukan?

    ReplyDelete
  9. *manggut-manggut* Baru tau loh mas saya kalo sejarahnya seperti itu... Ternyata..

    ReplyDelete
  10. @kakara:oke sob, nanti kucatat namamu dalam sejarah sandiwara kita ya.....,eh udah deng,hehe
    @JHONI:hehehe,iya neh sob,penelitian kecil-kecilan. Penasaran soalnya...
    @bening:hehe, TQ sahabat.
    @Krisna:Hmm, secara historiografi (halah lebih sok lagi ini) begitu sob...kalau etimologi nanti dech saya cari tahu, sabar ya?
    @ajeng:*manggut-manggut juga* iya mbak saya juga Baru neh, eh ternyata..

    ReplyDelete
  11. o0o tak pikir sandiwara itu asli indonesia.. ud lama juga ya sejarahnya berarti..

    ReplyDelete
  12. @gdpermana: Iya, kok gak percaya, khan udah dibuktika tuh ....hahahah
    @bayu nugroho: Memang asli Indonesia, tapi dengan berbagai pengaruh dari luar dirinya...ya gak papa, semua hal yang kita miliki juga begitu khan, kulminasi dari berbagai pengaruh di dunia ini, hehehe

    ReplyDelete

PIKIRAN SAHABAT SEMUA MUNGKIN AKAN SANGAT MEMBANTU SAYA
JADI JIKA BERKENAN, SUDILAH KIRANYA MENINGGALKAN KOMENTAR, DI KOTAK INI: